Dulu begitu dekat, kini apa kabar?
Pernahkah mengalami hal seperti itu? Pada satu titik terlintas tanya aku pernah menghabiskan waktu bersamanya, kini apakah dia baik-baik saja? Aku kini merasakannya. Teman, sahabat, ataupun rekan, yang dulu sering disebut partner berbagi tawa, kini masih bernafas atau tidak pun aku tak tau. Meninggalkan jejak saja dia tak mau, seolah-olah dulu angin datang mendadak kemudian membawanya menjauh dariku. Dan aku pun baru merasa kehilangan berminggu-minggu setelahnya. Kupikir setelah memberikannya cukup waktu untuk beredar bersama angin yang baru semuanya akan baik-baik saja, berpikir kalau angin hanya akan mengombang-ambingkanmu sesaat. Namun, saat aku sadar mengharap kabar, barulah aku tahu kabar itu kini tak ada. Ya, menghilang atau tersesat karena angin bagiku itu sama saja. Faktanya tetap sama, kau tidak ada disini.
Seingatku, dulu angin menyesatkanmu, dan aku membiarkanmu terbuai begitu saja. Tidak, aku tidak menyalahkan dirimu, apalagi angin yang hanya menjalankan tugas untuk menyesatkanmu. Aku berbalik menyalahkan diri sendiri, kenapa dulu kau tak pegang dengan erat. Kenapa ikatan itu begitu mudah lepas. Kenapa aku membiarkanmu tersesat diombang-ambingkan angin. Tega. Aku yang begitu tega. Entah sekarang aku harus mengasihimu atau mengasihi diriku sendiri yang tak bisa berbuat banyak untukmu, jelas, kabarmu saja masih kupertanyakan.
Sahabat, kini aku hanya bisa berharap, semoga angin mengembalikanmu ke tempat dimana seharusnya kamu berada, meski bukan di tempat semula, di sampingku. Karena aku tahu, angin bisa berbalik arah, namun tak bisa dikendalikan. Jika kau sudah tertambat pada suatu tempat yang baik bagimu, peganglah dengan erat.
People don't change, they grow. Sometimes when they grow, they grow apart.